Monday, February 25, 2008
mulai dari nol kilometer
saya hanya ingin memulai tulisan ini dengan cerita sederhana, tapi sederhana itupun sulit, bahkan ada teman yang mengatakan bahwa kesederhaan adalah hasil dari kesulitan tingkat tinggi. ah... tidak peduli, yang penting saya menulis, kalau tidak sekarang, kapan lagi.
Sejatinya, tidak terbayangkan sebelumnya kalau hidup ini menjanjikan banyak hal, bahwa hidup juga memberikan resiko, kata ulrich beck, kita sekarang pada berada pada masyarakat berisiko tinggi (hi-risk society), atau persis seperti kata anthony gidden kalau kita tengah berada dalam lingkaran truk besar jurgennolt yang lepas kendali, yang kemungkinan akan menabrak apa saja. dan bisa jadi nabrak harapan-harapan kita. Pernah ada milyader yang tewas karena helikopter pribadinya menabrak helipad gedung tertinggi miliknya. ada juga pedagang asongan yang menang SDSB (kala itu) dengan hadiah 1 milyar. suka-sedih, miskin-kaya, tangis-tawa, adalah dua sisi yang selalu beradu padu.
kata orang tua saya, kalau ada musibah sabar, kalau mendapat anugerah bersyukurlah. dua keadaan dengan dua cara mengatasinya, sederhana, tapi mungkin tidak sesederhana kalau menghadapinya.
Jadi yang penting bukan realitas keadaan yang dihadapi, tapi cara menghadapi. ada yang bilang kegagalan ada sukses yang tertunda, tapi kesuksesan juga merupakan kegagalan yang tertunda, keduanya bersua sapa sampai titik penghabisan hidup. sehingga cita-cita untuk menjadi lebih baik pada akhirnya harus dimulai saat ini, dari hal yang kecil, dan siapa lagi kalau bukan dari diri sendiri (begitu nasihat AA Gym). berarti, kebaikan harus segera diawali, diawali dengan kebaikan, dijalankan dengan kebaikan, dan dimaksudkan untuk kebaikan. sehingga kebaikan-kebaikan akan menuai kebaikan yang lain. jika demikian adanya, maka keberkahan sudah menuai hasilnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment